Rabu, 15 Desember 2010

Mungkin tidak sekali saja...

Bukan karena anti-kemapanan saya tetap menggunakan jasa pos untuk mengirim surat. Sebagian karena protokol, sebagian lagi karena mempertahankan orisinalitas stempel dan tanda tangan atasan.

Tetapi lebih banyak – saya lebih banyak menggunakan pos untuk surat pribadi – karena ketakjuban. Takjub kepada beragamnya hal yang dapat dibaca dari tulisan tangan. Mulai dari tulisan yang rapi hingga tulisan yang berpola – walaupun polanya adalah kekacauan (haha…).

Satu kalimat yang diucapkan langsung akan terasa miskin dibandingkan kalimat yang sama apabila ditorehkan dengan tinta pena. Kalimat tertulis dapat dibaca berulang kali apabila tidak langsung dimengerti pada kali pertama membacanya. Tulisan tangan memberikan kesan, menunjukkan ciri, memberikan kesempatan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Surat dengan tulisan tangan menguak pribadi Einstein, Tesla, Kartini, Gie, bahkan pribadi imajiner kontroversial Jack the Ripper.

Tentang surat…

Sebuah surat singkat Raymond untuk Ken (In Bruges, 2010) membuat saya terkesan. Singkat, Ray menulis,
“Saya pergi ke taman. Agar dia tak perlu repot membersihkannya.”
Ray berniat bunuh diri, tetapi tidak di kamar losmen tempatnya menginap bersama Ken, sebab akan merepotkan bagi nyonya pemilik losmen untuk membersihkan serpihan daging dan otaknya.
Surat itu memungkinkan mereka mempunyai kesempatan kedua.

Tulisan melalui surat mengajarkan tanggung jawab. Mengingatkan pembicara untuk berhati-hati berkata. Sebab akan ada yang membaca, dan - mungkin - tidak sekali saja.

2 komentar:

  1. i love the movie..... dialognya serius tp penuh dengan kelucuan, mimik actornya bikin ketawa terpingkal2.... alur cerita jg menarik.... saking kagumnya sy sampe sms yg punya blog ini, mengumumkan bhwa film yg sy copy dr HDnya keren bgt..... heheh... :-)

    BalasHapus
  2. Haha...
    now i know hwo u r.
    mungkin krena Collin - yg biasanya main peran serius n aksi - d film ini malah jadi bertampang ky gitu, hehe...

    BalasHapus