Jumat, 17 Desember 2010

Secangkir kopi tubruk untuk mereka yang patoa-toai...

"Suka patoa-toai itu sanae...," kata Nganu, menunjuk seorang teman bermainnya yang terkenal sering bercanda itu.
Yang dimaksudkannya dengan patoa-toai adalah perilaku "sering meledek."

Kata patoa-toai memang lazim dijumpai dalam percakapan bahasa  Makassar dan bahasa Indonesia yang di-Makassar-kan. Akan tetapi tidak banyak yang memahami bahwa patoa-toai tidak sama dengan meledek, mengejek, dan variasi menghina lainnya.

Patoa-toai berakar dari kata toa yang artinya tua. Kata itu kemudian mendapat imbuhan makassar pa-i yang berarti "sengaja bersikap seperti".
Yang artinya, secara gramatika, patoa-toai adalah sengaja berlaku tua. Pada awalnya kata itu dikenakan untuk orang-orang yang melakukan hal yang tidak pantas kepada mereka yang lebih tua. Yang dalam pandangan orang bugis-makassar, berarti menganggap diri lebih tua daripada orang - yang sebenarnya lebih tua - itu.

Patoa-toai - berdasarkan makna di atas - merupakan salah satu bentuk perilaku yang tidak pada tempatnya.
Sebab yang semestinya berlaku adalah setiap orang diperlakukan sesuai usianya.
Maka bercanda dengan teman sebaya sebenarnya bukanlah patoa-toai, saling ledek di antara para pemuda bukanlah patoa-toai. Meledek - biasanya untuk memancing argumen - yang dilakukan orangtua kepada anaknya juga bukan patoa-toai.

Lain hal apabila seorang anak - di Indonesia, sebab di budaya beberapa negara menganggap boleh saja - memanggil bapaknya dengan hanya menyebut nama. Meminta ibu memasakkan sesuatu tanpa atribut penanda permintaan tolong. Diajak bercakap dengan guru tetapi malah acuh dan tidak acuh.
Patoa-toai itu namanya.

Pejabat yang senang bertindak melampaui atasan, - in negative way, of course. Menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Menganggap rasio pribadi lebih layak dilaksanakan ketimbang ajaran agama. Kesemuanya adalah perilaku memaksakan diri berada pada posisi yang lebih dihormati daripada yang seharusnya. Apabila dilakukan modifikasi makna yang relevan, maka mereka memang patoa-toai...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar